Sadarkah Anda, selama masa kelaparan saatmakanan sulit ditemui, lebih banyak bayi perempuan lahir ke dunia. Bayi-bayiperempuan ini menjadi dewi penyelamat dunia.
Hal tersebut dipastikan sebuah hasil studiterbaru yang menunjukkan, selama masa kelaparan, perempuan memilikikecenderungan melahirkan anak perempuan dibanding bayi-bayi laki-laki.
Ahli sosiologi dan populasi Shige Song dariCity University of New York pun mempelajari pola kelahiran selama salah satumasa kelaparan terburuk di zaman modern untuk mencari alasan tersebut.
Setelah mempelajari data dari 300 ribu wanitaChina yang melahirkan antara September 1929 dan Juli 1982, ia menemukan adanyapenurunan nyata jumlah kelahiran anak laki-laki setelah Kelaparan Besar diChina yang berlangsung pada 1958-1961.
Kekurangan pangan saat itu sangat parah hinggamembuat 30 juta orang meninggal dan Song menyadari, pada April 1960, ada 109anak laki-laki yang lahir di tiap kelahiran 100 anak perempuan.
Namun, rasio tersebut menurun menjadi 104 anaklaki-laki di tiap 100 anak perempuan dua tahun setelah kelaparan berakhir.Menurut jurnal Nature, hasil studi Song mendukung hipotesa penyesuaian rasioseks.
Hipotesa tersebut merupakan ide yang diajukanbeberapa ilmuwan yang menyatakan, tubuh perempuan mampu bereaksi pada kondisilingkungan. Jurnal itu juga mengatakan, kaki-laki yang kurang gizi memilikiketurunan yang lebih sedikit daripada perempuan.
Tak hanya itu, pria kurang gizi ini juga takbanyak memiliki rezeki sehingga perempuan mengurangi jumlah kelahiran bayi laki-lakiselama kelaparan. Song yakin, reaksi biologis ini membutuhkan waktu sekitarsetahun hingga akhirnya terasa efeknya.
Hasil studi Song yang diterbitkan diProceedings of the Royal Society B didasarkan pada kuesioner yang dikirim padaperempuan-perempuan dan mengandalkan mereka untuk mengingat jenis kelamin bayiyang mereka lahirkan.
Selain itu, Song menekankan bahwa, mustahilmenentukan jenis kelamin bayi, laki-laki atau perempuan, karena teknologiultra-suara sendiri belum diciptakan. Kelaparan Besar di China merupakan hasildari Lompatan Besar ke Depan.
Hal tersebut ia ketahui saat melakukanpenyelidikan pada 1950-an dan awal 1960-an. Tragisnya, dalam upaya meningkatkanproduksi baja dan mendorong industrialisasi untuk bisa maju, produksi biji-bijianjatuh dengan cepat dengan konsekuensi bencana ini.