Belanja merupakan kegiatan yang sangatdigemari para wanita, dan tak sedikit yang dijuluki sebagai 'shopaholic' karenamemiliki kebiasaan belanja yang berlebihan. Mengetahui adanya program diskon disalah satu pusat perbelanjaan, membuat wanita para penggila belanja langsungberburu belanjaan. Padahal, hal tersebut bisa berdampak negatif pada kondisikeuangan. Tak hanya itu saja, perilaku berbelanja berlebihan ini juga dapatmenggangu mental.
Seperti dikutip dari eHow, kebiasaan belanjakompulsif dikenal dengan obsesi aktivitas belanja dan membeli. Perilaku inimendorong si pembeli untuk membelanjakan uang yang dimilikinya atau bisa jugadengan uang yang belum dimilikinya (dengan kartu kredit bahkan hingga meminjamuang ke orang lain).
Sebuah studi yang dilakukan oleh University ofRichmond dan University of Illinois at Urbana-Champaign dan dimuat dalam 'TheJournal of Consumer Research', menunjukkan bahwa para 'shopaholic' memenuhi 8,9persen dari populasi. Ini sama halnya dengan lebih dari 25 juta orang Amerikadan sekitar 90 persen di antaranya adalah wanita.
"Ini dikarenakan kecanduan," ujarBenson, seorang ahli dalam menangani para shopaholic. Ia yakin bahwa frase'wanita harus berbelanja' merupakan ungkapan klise yang memicu timbulnyakebiasaan yang tidak sehat.
Ketika belanja secara kompulsif, "Andatidak akan pernah merasa cukup membeli sesuatu yang sebenarnya tidakbenar-benar dibutuhkan," papar Benson. "Ini seperti mencari cinta ditempat yang salah," tambahnya.
Pakaian, sepatu, aksesori, produk kecantikandan buku merupakan barang-barang yang dibeli oleh para penggila belanjatersebut, khususnya wanita. Saat para wanita ini mencari bantuan kepada Bensondengan terapi ritel, mereka telah mengalami kehidupan pribadi yang rusak dariaspek lain di luar keuangan.
Gangguan perilaku belanja kompulsif ituditandai dengan empat fase berbeda yaitu antisipasi, persiapan, belanja danbelanja. Saat berbelanja untuk sebuah kesenangan, para shopaholic tersebutmengalami perasaan gembira yang berlebihan. Namun, setelah itu mereka mengalamikekecewaan, depresi dan kurangnya rasa puas.
"Penyesalan pembeli adalah sesuatu yangterjadi dari waktu ke waktu. Membeli secara kompulsif bisa menimbulkan takhanya masalah keuangan, tapi pekerjaan atau bisa juga interpersonal,"tutur Benson.