Seorang guru wanita sedang mengajarmurid-muridnya di hari pertama masuk sekolah. Diatas papan tulis ia mencobamenggambar buah apel, lalu sambil membalikkan badannya ia bertanya kepada paramurid:
"Gambar apa ini ?"
Tak ayal para murid secara serentak berseru:"Pantat!"
Mendengar jawaban tersebut, guru tersebutmenangis sambil setengah berlari mencari kepala sekolah untuk mengadukanperilaku murid-muridnya.
Melihat tangisan sang guru wanita tersebut,kepala sekolah tanpa menanyakan alasannya, langsung saja menerjang masuk keruang kelas, lalu dengan emosi ia memarahi semua murid:
"Kalian sungguh berani-beraninyamempermainkan seorang guru! Apa yang kalian lakukan terhadapnya ?!"
Sesaat ruang kelas menjadi senyap, semua muridjadi bengong, sang kepala sekolah kemudian menoleh ke arah papan tulis, iasemakin marah ketika melihat apa yang tergambar di papan tulis:
"Ini sudah keterlaluan, kalian bahkanberani menggambar pantat di papan tulis!" Mendengar ini sang guru wanitalangsung pingsan
===================================================================
Pada zaman perang Diponegoro dulu, alkisahjenderal De Kock yang memimpin tentara kompeni mendengar kabar bahwa pasukanPangeran Diponegoro sedang dalam perjalanan menyerbu benteng Belanda diBatavia. Oleh karenanya, ia pun menyuruh Mas Sumireng, seorang penduduk pribumiyang bekerja pada Belanda dan terkenal dengan kemampuannya mencari jejak, untukmemperkirakan sampai di mana pasukan Diponegoro berada.
Dengan perlahan, Mas Sumireng pun jongkok danmenempelkan telinganya ke tanah sementara Jenderal De Kock terus mengamatinya.
"Hmm, ada sekitar 3000 orang pasukan yangdipimpin empat panglima perang yang dua diantaranya mengendarai kuda warnahitam, satu kuda putih dan satu kuda coklat. Dan sambil berteriak-teriak parapasukan itu semuanya membawa panah, tombak dan pedang yang terhunus keatas....!"
"Heeh, kowe orang hebat bener? cumanempelin kuping di tanah sudah bisa tahu dengan tepat seperti itu?" tanyasang jenderal sambil geleng-geleng kepala.
"Bukan, meneeer...." kata MasSumireng sambil ketakutan.
"Saya bisa lihat semua karena merekasudah sampai di dekat jembatan itu....," kata Mas Sumireng sambil menunjuksebuah jembatan yang jaraknya hanya sekitar 150 meter dari tempat mereka
berdiri.